. . Kalau Anda pikir, Blambangan hanya punya pantai dan hutan yg indah, itu artinya piknik Anda kurang jauh. . Sblm saya bercerita panjang, apakah Anda tahu dimana lokasi Kerajaan Blambangan? . Blambangan adalah sebuah kerajaan di ujung timur Pulau Jawa. Wilayahnya tidak luas, hanya seputaran Banyuwangi, Panarukan (Situbondo), Sentong (Bondowoso), Lumajang, dan Kedawung (Jember). . Meski tdk terlalu luas. Tapi, Blambangan adalah satu-satunya Kerajaan di ujung timur yg tidak dapat ditaklukan Mataram Islam. . Ada beberapa cerita yg menarik dari perempuan-perempuan Blambangan. . Pertama, Sri Tanjung. Ada legenda kisah cinta yg terkenal dari Blambangan, yaitu Sri Tanjung dan Sidopekso. Kisah Sri Tanjung merupakan asal nama Banyuwangi, yg berarti air yang harum. . Kadang, nama Sri Tanjung juga dikaitkan dengan Bunga Tanjung (Mimusops Elengi). Sebuah bunga yg dijadikan base-relief yg diukir di dinding Candi Penataran, Gapura Bajang Ratu, Candi Surawana, dan Candi Jabung. . Pohon Tanjung adalah pohon yg menghiasi hampir setiap sudut kota Banyuwangi. . Kedua, Dewi Sekardadu. Siapakah Beliau? Dewi Sekardadu adalah ibu dari Sunan Giri. Beliau adalah putri dari Kerajaan Blambangan. . Sunan Giri atau yg juga dikenal dgn Joko Samudra adalah anak dari Dewi Sekardadu dgn Syekh Maulana Ishak. Salah seorang penyebar agama Islam. . Ketiga, Ken Dedes. Perempuan yang dari rahimnya lahir raja-raja yg berkuasa di Tanah Jawa. Ken Dedes memiliki darah bangsawan Blambangan. Diculik oleh Tunggul Ametung dan dibawa ke Tumapel. . Ken Dedes adalah moyang dari wangsa Rajasa. Dinasti yang berkuasa di Singosari dan Majapahit. . Kisah paling epik datang dari kisah 398 istri Tawang Alun II, Raja terbesar dari Blambangan. Pada saat Tawang Alun II meninggal sebanyak 271 istrinya menjalankan upacara Sati. Sebuah upacara membakar diri sampai mati untuk menunjukkan kesetiaan pada suami. . Ada begitu banyak cerita menarik saat belajar sejarah Kerajaan Blambangan, terutama kisah para perempuan Blambangan. . Jadi, jika suatu hari Anda ke Blambangan, saran saya: "Pikniklah lebih jauh. Dan pastikan Anda minum kopi lebih banyak". ✌ 😂 . . #genpiJOGJAonDuty #PesonaNgopi10ewu #pesonangopi10000 #genPIJogja

. . Festival Ngopi Sepuluh Ewu adalah salah satu festival yang saya datangi tiap tahun. . Bedanya, tahun kemarin, saya datang ke tempat ini bukan sebagai tujuan utama. Acara ini masuk dalam list "datang jika sempat". . Tujuan utama saya tentu saja merunut sejarah Blambangan. Sesuatu yang jauh lebih menarik daripada sekedar minum kopi. . Sebuah kata "Genoside terbesar di Nusantara" yang ditulis Pak Sri Margana dalam Disertasinya "Ujung Timur Jawa, 1763 - 1813: Perebutan Hegemoni Blambangan" berhasil membuat saya mengelilingi Banyuwangi dan daerah sekitarnya jauh lebih banyak daripada warga lokal di Banyuwangi. . Tapi tahun ini berbeda. Saya membawa teman-teman untuk datang ke Banyuwangi dengan menu utama: Festival Ngopi Sepuluh Ewu. . Kenapa harus Banyuwangi? . Kenapa tempat ini membuat saya datang jauh lebih sering daripada saya pulang ke Lampung: kampung halaman saya. . Sebuah pertanyaan yang sering saya cari jawabannya, lalu kemudian, jawabannya saya hapus sendiri. . Apakah Anda mengenal suku Using? Suku minoritas di Banyuwangi. . Bagi saya, rentetan sejarah mereka lebih mirip kisah Pandawa. Terusir dari istananya sendiri, masuk ke dalam hutan-hutan. Terabaikan oleh pembangunan. Menjadi tamu di rumah sendiri. . Bedanya, Using tak pernah berjudi dengan Kurawa. Tak pernah bertaruh untuk apapun. Hingga kemudian, hidup mengusir mereka, menjadi minoritas. . Seperti yang pernah di tulis Pramoedya Ananta Toer. Percakapan antara Minke dan Nyai Ontosoroh. . "Kita kalah, Mak". "Setidaknya kita telah melawan, Nak" . Jadi, ada berapa banyak luka yang diwariskan sejarah ke anak cucu kita? . . #isunbanyuwangi #banyuwangi #genPIJogja #genpiJOGJAonDuty #pacarkecilku . . [Thanks fotonya @monyoku. Kamu satu2nya orang yg mau mefotoku karena aku tdk ada kamera selama acara 😂] . .

. . Selamat siang, sudahkah Anda mencuci baju hari ini? . Foto ini diambil di sebuah desa bernama Macan Putih. Kenapa namanya Macan Putih? Karena dahulu kala, di tempat inilah lokasi Keraton Macan Putih, keraton milik Prabu Tawang Alun, raja terbesar dari Kerajaan Blambangan. Macan Putih adalah hewan kesayangan Sang Raja. . Nampak di ujung jalan, yang dipagari dinding bata adalah lokasi petilasan Prabu Tawang Alun. Petilasan sendiri berarti sebagai tempat yang pernah dikunjungi atau ditinggali. . Sambil menunggu kedatangan juri kunci yang tinggal agak jauh dari tempat tsb. Saya bercakap-cakap dengan warga sekitar. . Warga yg tinggal di sekitar petilasan adalah suku Osing. Rata-rata pekerjaan mereka petani. . Ibu dalam foto dengan ramah menyuruh saya parkir motor di halaman rumahnya dan membiarkan saya duduk di teras rumah. . Dari pandangan matanya, saya tahu sekali bahwa menakjubkan baginya seorang perempuan dari Jogja sampai di sebuah tempat terpencil di Banyuwangi. . "Biasanya Orang Bali yg datang ke sini, bersembahyang saat Galungan", begitu katanya dalam Bahasa Indonesia yg sulit. . Saya suka sekali mendengarkan percakapan bahasa Osing, bahasa asli orang Banyuwangi. Mendengarkan kisah Prabu Tawang Alun versi mereka. . Ibu di dalam foto bercerita sambil mencuci baju, sebelumnya disampingnya ada seorang bapak yg mencuci motor, kemudian semua prosesi ini diakhiri dengan si ibu mandi di air tsb. . Air bersih yang mengalir di depan rumah adalah anugerah yang tidak dimiliki oleh semua desa. Dan anugerah ini yang melingkupi mereka. Benarkan? . Jadi, sudahkah Anda mencuci baju siang ini? . . #pacarkecilku #osing #banyuwangi #tawangalun #macanputih #blambangan #heritagetrail #heritage